Antisipasi ‘Kupu-kupu Malam’

Lembaga Adat Diminta Bersikap


MEDIA BANGGAI-LUWUK. Hadirnya investasi di Kecamatan Batui, ternyata tidak hanya memberikan dampak positif terhadap ekonomi masyarakat, namun juga memberikan dampak negatif. Begitu pula di Kelurahan Lamo, yang merupakan salah satu kelurahan yang dekat dengan lokasi pembangunan kilang LNG milik PT. Donggi Senoro.
Hal ini disampaikan Arpan Kurubit, SE, warga Kelurahan Lamo, Kamis (12/4) kemarin. Menurutnya, multi player efek positif yang bisa dirasakan masyarakat dengan hadirnya investasi di Kecamatan Batui, dimana usaha-usaha yang dikembangkan masyarakat lokal berkembang, daya beli masyarakat mulai meningkat, usaha rumah makan, penginapan dan kos-kosan menjamur.
Namun tekan dia, karena banyaknya karyawan yang bekerja dari luar daerah tanpa membawa istri mereka, kemudian tinggal di kos-kosan dan penginapan di Kelurahan Lamo, membuat praktek prostitusi diduga mulai marak. Sehingganya, Lembaga Musyawarah Adat Batui, diminta untuk mengambil sikap tegas sedini mungkin, guna mengantisipasi terkikisnya budaya masyarakat Batui yang terkenal agamais. “Lembaga Adat Batui, harus segera bersikap dengan menggerakkan perangkat adatnya, guna mengantisipasi dugaan praktek prostitusi yang mulai marak di Kelurahan Lamo dan sekitarnya, agar budaya masyarakat Batui tidak terkikis oleh budaya dari luar daerah,” tegasnya.
Apalagi sambung dia, usaha kos-kosan, penginapan dan hotel mulai menjamur di Kecamatan Batui, sehingga perlu adanya kontrol sosial dari masyarakat melalui lembaga adat.
Jika gejala ini tidak segera di antisipasi, tambah Arpan yang juga akademisi Untika Luwuk ini, maka simbol masyarakat Batui yang kental dengan adat, lambat laun akan hilang. Apalagi lahan pertanian di Kecamatan Batui yang selama ini menjadi sandaran ekonomi warga, sudah sebagian besar dikuasai investor perkebunan sawit dan sebagian dijadikan lokasi pembangunan kilang, maka generasi mendatang sangat rentan terjerumus kedalam prilaku yang bertentangan dengan norma agama dan adat istiadat, karena sudah tidak memiliki lahan pertanian untuk bertani. “Pemda juga tidak bisa hanya tinggal diam menghadapi permasalahan ini, perlu dukungan dan langkah kongkrit guna melestarikan budaya masyarakat lokal ditengah serangan budaya dari luar,” tutupnya. *Aswad