UTD Luwuk Kekurangan Darah

MEDIA BANGGAI-Luwuk. Kepala Unit Transfusi Darah Luwuk dr. H.NHD.Gunawan,M.Kes, Kamis (20/9) kemarin mengatakan, stok darah yang tersedia pada Unit Transfusi Darah (UTD) Cabang Luwuk mengalami kekurangan. Meningkatnya permintaan darah di RSUD Luwuk tanpa dibarengi dengan peningkatan anggaran, disebut menjadi biang kerok masalah tersebut.

“ Semua jenis golongan darah disini kurang, semakin banyak penyakit yang ditemukan di RSUD Luwuk, sehingga permintaan kebutuhan darah di RSUD Luwuk semakin meningkat, masyarakat semakin sadar akan pentingnya darah, sehingga untuk maksimalnya pelayanan dan menjamin ketersediaan darah seharusnya anggaran juga ditingkatkan,” terangnya.

Ia menjelaskan, untuk memperoleh sekantong darah ada kompensasinya yakni Rp. 400ribu lebih, namun untuk masyarakat umum hanya dikenakan Biaya Pengganti Pengelolaan Darah (BPPD) sebesar Rp. 140ribu, sisanya disubsidi oleh pemda. Sedangkan untuk pemegang kartu Askes dan Jamkesmas sepenuhnya digratiskan. Namun ada juga orang kaya yang tiba-tiba menjadi miskin demi mendapatkan darah gratis.

Selain itu, Gunawan mengatakan bila sering ada orang luar yang menjadi makelar darah mencari keuntungan pribadi. Harga yang seharunya Rp.140ribu dijual hingga Rp.1 juta, sehingga kerap unit yang dipimpinnya itu menjadi tercoreng.

“Ada orang yang biasanya karena sifatnya darurat minta darah secepatnya untuk dilayani, sudah minta tolong, mengintimidasi kami, KTP pun tidak diberikan, sehingga kalau kita mengajukan klaim itu tidak bisa, sebab minimal harus ada identitas penerima,” jelasnya.

Ia mengatakan bila ukuran ideal untuk memenuhi kebutuhan darah sebanyak 2 % dari total penduduk per kabupaten, sehingga untuk Kabupaten Banggai dibutuhkan stok darah sebanyak 500 kantong per bulannya.

“ Secara mate-matika kita, bila mengacu dengan hitungan 2 % dari total penduduk Kabupaten Banggai itu membutuhkan 500 kantong darah perbulannya, namun kami hanya bisa menyediakan setengahnya, sekitar 225-250 kantong perbulan. Untuk saat ini saja stok darah bisa dikatakan habis sebab darah yang ada disini sudah ada yang punya untuk keperluan operasi,” terang lulusan Fakultas Kedokteran Unsrat Manado ini.

Untuk menutupi kekurangannya, langka yang paling efektif dilakukan adalah meminta kepada keluarga penderita atau pasien, selain itu institusi Kepolisian dan TNI menjadi stok hidup yang selalu standby menangani kekurangan tersebut.

“Sama polisi dan tentara biasanya kami minta, ada juga relawan dari komunitas motor dan di gereja-gereja biasanya mereka minta untuk didonor,” katanya.

Suami Rasminah Gunawan Mahmud ini sebenarnya memiliki solusi brilian untuk mengatasi masalah kekurangn pasokan darah di Kabupaten Banggai, namun lagi-lagi masalah kekurangan tenaga teknis yang menjadi penghambat untuk mewujudkan ide itu.

“Saya usul ada unit transfusi di tiap-tiap puskesmas jangan hanya ada di Kabupaten, hanya kendalanya tenaga ahli yang tidak mencukupi, di Kabupaten saja hanya ada 2 orang, 5 orang lagi masih pelatihan, sebabnya peme-rintah pusat hanya melahirkan 40 orang tenaga teknis ini pertahunnya,” terangnya.

Diakhir komentarnya, pria yang sudah memimpin 9 tahun UTD Cabang Luwuk ini menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk peduli sesama, membantu unit donor palang merah Kabupaten Banggai dengan menyumbangkan darahnya, sebab setetes darah anda meru-pakan nyawa bagi orang lain. *heRu